BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menguji bagaimana
pengaruh arus kas, ukuran perusahaan dan laba akuntansi terhadap harga saham. Objek perusahaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan go public yang termasuk dalam kategori
manufaktur dan data diperoleh
pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) yang terletak di gedung Bursa Efek
Indonesia, jalan Jenderal Sudirman Kav.52-53 Jakarta 12910. Pusat Referensi
Pasar Modal (PRPM) adalah tempat tersedianya data atau informasi mengenai Pasar
Modal Indonesia yang meliputi informasi mengenai berbagai laporan keuangan
perusahaan-perusahaan go public di
Indonesia baik laporan bulanan, triwulan, semesteran maupun laporan tahunan,
prospectus, data mengenai frekuensi transaksi perdagangan saham, nilai
transaksi penjualan saham, harga saham, dan juga hasil RUPS perusahaan yang
telah go public serta tersedianya
buku-buku mengenai pasar modal, manajemen investasi, manajemen keuangan,
buku-buku umum dan lain sebagainya.
Tehnik
pengambilan adalah purposive random
sampling dimana pengambilan sampel
dalam hal ini terbatas pada subjek tertentu yang dapat memberikan informasi
yang diinginkan. Perusahaan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan
masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan (2007-2010).
3. Perusahaan manufaktur yang termasuk bergerak di bidang
konsumsi (makanan dan minuman).
4. Periode laporan
keuangan lengkap yang berakhir 31 Desember dan dipublikasikan berturut-turut
selama tahun pengamatan.
5. Mendapat opini unqualified
(wajar tanpa persyaratan) dari auditor independen
Tabel 4.1a
Prosedur
Pemilihan Sampel
No.
|
KRITERIA SAMPLE
PENELITIAN
|
JUMLAH
|
a
|
Perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
|
222
|
b
|
Perusahaan
yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan.
|
(19)
|
c
|
Perusahaan manufaktur yang tidak termasuk bergerak di
bidang konsumsi (makanan dan minuman).
|
(180)
|
d
|
Perusahaan
yang tidak memiliki laporan keuangan
memenuhi syarat selama tahun pengamatan
|
(8)
|
e
|
Perusahaan
yang tidak mendapat opini unqualified
(wajar tanpa persyaratan) dari auditor independen
|
(0)
|
Jumlah
perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
|
15
|
Sumber
: IDX statistik yang diolah penulis
Dari
kriteria di atas dan pembatasan masalah penulis hanya mengambil 15 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2010. Perusahaan yang menjadi
objek penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel
4.1b
Perusahaan
yang memenuhi kriteria sampel
No.
|
Kode Emiten
|
Nama Perusahaan
|
|
1
|
ADES
|
PT Akasha Wira International Tbk
|
|
2
|
AISA
|
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
|
|
3
|
CEKA
|
PT Cahaya Kalbar Tbk
|
|
4
|
DLTA
|
PT Delta Djakarta Tbk
|
|
5
|
FAST
|
PT Fast Food Indonesia Tbk
|
|
6
|
INDF
|
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
|
|
7
|
MLBI
|
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
|
|
8
|
MYOR
|
PT Mayora Indah Tbk
|
|
9
|
PSDN
|
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
|
|
10
|
PTSP
|
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk
|
|
11
|
SKLT
|
PT Sekar Laut Tbk
|
|
12
|
SMAR
|
PT SMART Tbk
|
|
13
|
STTP
|
PT Siantar Top Tbk
|
|
14
|
TBLA
|
PT Tunas Baru Lampung Tbk
|
|
15
|
ULTJ
|
PT Ultra Jaya Milk Tbk
|
Sumber:
Bursa Efek Indonesia yang telah
diolah
4.1.2 Hasil
Penelitian atas Variabel Arus Kas
Laporan arus kas adalah
penyampaian informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama
periode tertentu. Laporan kas juga menyediakan informasi tentang aktivitas
operasi, investasi, dan pembiayaan entitas atas dasar kas yang ada. (Mohamad
Nasir dan Mariana Ulfah, 2008). Melalui analisa arus kas, maka dapat diketahui bagaimana
perusahaan mengelola dana yang dimilikinya. Tujuan
laporan arus kas adalah menyediakan informasi Arus Kas masuk dan Arus Kas keluar untuk satu periode bagi investor atau calon investor dalam pengambilan
keputusan untuk membeli saham.
Tabel 4.1.2
Arus
Kas
No.
|
Kode
|
arus kas (dalam rupiah)
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
||
1
|
ADES
|
4,025,000,000
|
5,446,471,402
|
15,670,000,000
|
38,471,000,000
|
2
|
AISA
|
15,968,713,539
|
20,278,782,484
|
21,522,727,933
|
15,427,089,579
|
3
|
CEKA
|
12,868,794,487
|
6,156,893,578
|
7,828,871,343
|
5,776,091,850
|
4
|
DLTA
|
164,549,503,000
|
289,951,365,000
|
248,781,847,000
|
386,104,973,000
|
5
|
FAST
|
174,835,763,000
|
211,495,305,000
|
374,432,253,000
|
374,207,101,000
|
6
|
INDF
|
4,538,051,000,000
|
4,271,208,000,000
|
4,474,830,000,000
|
10,439,353,000,000
|
7
|
MLBI
|
44,207,000,000
|
276,849,000,000
|
337,162,000,000
|
206,585,000,000
|
8
|
MYOR
|
120,002,105,073
|
316,330,699,463
|
321,582,619,407
|
472,105,631,514
|
9
|
PSDN
|
42,963,756,671
|
5,446,471,402
|
56,335,929,299
|
37,925,852,649
|
10
|
PTSP
|
7,866,531,602
|
5,446,471,402
|
7,244,688,092
|
10,323,103,804
|
11
|
SKLT
|
7,094,730,077
|
12,851,579,724
|
10,024,556,977
|
5,216,964,071
|
12
|
SMAR
|
329,623,024,370
|
480,277,284,158
|
497,577,000,000
|
292,971,000,000
|
13
|
STTP
|
7,296,332,520
|
5,138,189,074
|
7,678,078,340
|
8,309,035,550
|
14
|
TBLA
|
220,400,373,000
|
357,901,685,000
|
127,332,177,000
|
242,981,146,000
|
15
|
ULTJ
|
39,992,003,196
|
162,869,889,775
|
214,879,968,612
|
383,120,307,358
|
Rata-rata:
|
381,982,975,369
|
428,509,872,497
|
448,192,181,134
|
861,258,486,425
|
Sumber
: Laporan Keuangan yang sudah diolah
Dari
tabl 4.1.2 di atas dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola arus kas pada
periode 2007-2010. Hasil analisa arus kas perusahaan manufaktur yang bergerak
di bidang makanan dan minuman pada tahun 2007 arus kas terbesar adalah Rp 4,538,051,000,000 sedangkan arus kas
terkecil adalah Rp 4,025,000,000. Sedangkan rata-rata
arus kas pada tahun tersebut adalah R Rp 381,982,975,369. Pada tahun 2008, arus
kas terbesar adalah Rp 4,271,208,000,000, sedangkan arus kas terkecil
adalah Rp 5,138,189,074 dan rata-rata arus kas pada tahun tersebut adalah Rp 428,509,872,497. Pada tahun 2009, arus kas terbesar adalah
Rp 4,474,830,000,000 dan arus kas terkecil adalah Rp 7,244,688,092. Sedangkan rata-rata arus kas pada tahun
tersebut adalah Rp 448,192,181,134. Pada tahun 2010, arus kas terbesar adalah
Rp 10,439,353,000,000 dan arus kas terkecil adalah Rp 5,216,964,071, sdangkan rata-rata arus kas pada tahun
tersebut adalah 861,258,486,425.
4.1.3 Hasil Penelitian atas Variabel Ukuran
Perusahaan
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan
menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah
satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva
dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus
kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam
jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan
relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan
dengan total asset yang kecil (Indriani, 2005).
Tabel 4.1.3
Total Aktiva
No.
|
Kode
|
Total Aktiva (dalam rupiah)
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
||
1
|
ADES
|
178,761,000,000
|
185,287,000,000
|
178,287,000,000
|
324,493,000,000
|
2
|
AISA
|
792,690,000,000
|
1,061,957,000,000
|
1,568,829,000,000
|
1,963,949,000,000
|
3
|
CEKA
|
613,680,000,000
|
604,642,000,000
|
568,603,000,000
|
850,470,000,000
|
4
|
DLTA
|
592,359,000,000
|
698,297,000,000
|
760,426,000,000
|
708,584,000,000
|
5
|
FAST
|
629,491,106,000
|
784,758,815,000
|
1,041,408,834,000
|
1,236,043,044,000
|
6
|
INDF
|
29,706,895,000,000
|
39,594,264,000,000
|
40,382,953,000,000
|
47,275,955,000,000
|
7
|
MLBI
|
621,835,000,000
|
941,389,000,000
|
993,465,000,000
|
1,137,082,000,000
|
8
|
MYOR
|
1,893,175,000,000
|
2,922,998,000,000
|
3,246,498,000,000
|
4,399,191,000,000
|
9
|
PSDN
|
291,723,000,000
|
286,965,000,000
|
353,628,000,000
|
414,611,000,000
|
10
|
PTSP
|
74,008,876,918
|
81,755,257,118
|
91,141,822,221
|
109,008,910,124
|
11
|
SKLT
|
182,697,462,917
|
201,003,449,401
|
196,186,028,659
|
199,375,442,469
|
12
|
SMAR
|
8,063,168,750,738
|
10,025,915,920,087
|
10,210,595,000,000
|
12,475,642,000,000
|
13
|
STTP
|
517,448,000,000
|
626,750,000,000
|
548,720,000,000
|
649,274,000,000
|
14
|
TBLA
|
2,457,120,118,000
|
2,802,497,072,000
|
2,786,340,214,000
|
3,651,105,169,000
|
15
|
ULTJ
|
1,362,829,538,011
|
1,740,646,379,006
|
1,732,701,994,634
|
2,006,595,762,260
|
Rata-rata:
|
3,198,525,456,839
|
4,170,608,392,841
|
4,310,652,192,901
|
5,160,091,955,190
|
Sumber
: Laporan Keuangan yang sudah diolah
Dari
tabel 4.1.3 di atas, terlihat seberapa besar ukuran perusahaan dinilai dari
total aktiva yang dimiliki. Hasil analisa ukuran perusahaan yang diproxy dari
total aktiva adalah: pada tahun 2007, perusahaan yang mempunyai total aktiva
tertinggi adalah Indofood dengan nilai Rp 29,706,895,000,000 dan yang terendah adalah
sebesar Rp 74,008,876,918,
sedangkan rata-rata nilai total aktiva 15 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di bursa efek Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 3,198,525,456,839.
Pada tahun 2008, total aktiva tertinggi adalah Rp 39,594,264,000,000 dan
total aktiva terendah adalah Rp 81,755,257,118, sedangkan rata-rata total aktiva
pada tahun tersebut adalah Rp 4,170,608,392,841. Pada tahun 2008, total aktiva
tertinggi adalah Rp 39,594,264,000,000 dan total aktiva terendah adalah Rp 81,755,257,118,
sedangkan rata-rata total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp
4,170,608,392,841. Pada
tahun 2009, Indofood masih mendominasi total aktiva tertinggi perusahaan
manufaktur konsumsi di bursa efek Indonesia dengan total aktiva sebesar Rp 40,382,953,000,000, dan
total aktiva terendah adalah senilai Rp 91,141,822,221, sedangkan rata-rata total aktiva
pada tahun tersebut adalah Rp 4,310,652,192,901. Dan pada tahun 2010, total
aktiva tertinggi senilai Rp 47,275,955,000,000 dan total aktiva terendah adalah Rp 109,008,910,124,
sedangkan rata-rata total aktiva pada tahun tersebut adalah Rp
5,160,091,955,190.
4.1.4 Hasil Penelitian
atas Variabel Laba Akuntansi
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa informasi keuangan
yang disajikan dalam laporan laba rugi yang bermanfaat bagi para pengambil
keputusan (terutama investor) adalah laba bersih setelah pajak atau net income after tax (NIAT). Atas dasar
teori tersebut, maka peneliti mengambil informasi laba bersih masing-masing
perusahaan dalam periiode pengamatan yang dimuat di dalam laporan keuangan
perusahaan manufaktur di bidang makanan dan minuman yang terdaftar di bursa
efek Indonesia pada tahun 2007-2010.
Tabel 4.1.4
Laba Akuntansi
No.
|
Kode
|
Laba Bersih
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
||
1
|
ADES
|
-154,851,000,000
|
-15,208,000,000
|
16,321,000,000
|
31,659,000,000
|
2
|
AISA
|
37,455,922,334
|
32,521,380,928
|
34,763,203,817
|
75,234,571,191
|
3
|
CEKA
|
24,676,361,894
|
27,867,555,443
|
49,493,129,474
|
29,562,060,490
|
4
|
DLTA
|
47,330,712,000
|
83,754,358,000
|
126,504,062,000
|
139,566,900,000
|
5
|
FAST
|
102,537,329,000
|
125,267,988,000
|
181,996,584,000
|
199,597,177,000
|
6
|
INDF
|
980,357,000,000
|
1,034,389,000,000
|
2,075,861,000,000
|
2,952,858,000,000
|
7
|
MLBI
|
84,385,000,000
|
222,307,000,000
|
340,458,000,000
|
442,916,000,000
|
8
|
MYOR
|
141,589,137,703
|
196,230,049,693
|
372,157,912,334
|
484,086,202,515
|
9
|
PSDN
|
-8,645,694,849
|
9,448,209,908
|
32,449,818,159
|
12,919,024,633
|
10
|
PTSP
|
163,410,623
|
4,287,122,917
|
10,948,539,057
|
15,766,633,385
|
11
|
SKLT
|
5,741,580,571
|
4,271,023,656
|
12,802,527,979
|
4,833,531,934
|
12
|
SMAR
|
988,943,863,116
|
1,046,389,267,147
|
748,495,000,000
|
1,260,513,000,000
|
13
|
STTP
|
15,594,767,180
|
4,816,495,973
|
41,072,367,353
|
42,630,759,100
|
14
|
TBLA
|
97,277,232,000
|
63,336,773,000
|
250,954,778,000
|
248,663,187,000
|
15
|
ULTJ
|
30,316,644,576
|
303,711,501,204
|
61,152,852,190
|
107,123,243,835
|
Rata-rata:
|
159,524,817,743
|
209,559,315,058
|
290,362,051,624
|
403,195,286,072
|
Sumber
: Laporan Keuangan yang sudah diolah
dari
tabel 4.1.4, terlihat bagaimana perusahaan dalam menjalankan usahanya dapat
memperoleh laba atau bahkan mengalami kerugian. Hasil analisa laba akuntansi
yang diambil dari total laba bersih setelah pajak adalah: Tahun 2007, laba
bersih tertinggi sebesar Rp 988,943,863,116 dan laba terendah atau kerugian
tertinggi sebesar Rp 154,851,000,000, sedangkan rata-rata laba pada tahun
tersebut adalah Rp 159,524,817,743. Pada tahun 2008, laba bersih tertinggi
sebesar Rp 1,046,389,267,147, dan rugi terbesar adalah Rp 15,208,000,000,
sedangkan rata-rata laba pada tahun tersebut adalah senilai Rp 209,59,315,058.
Pada tahun 2009, laba bersih tertinggi adalah Rp 2,075,861,000,000 dan laba
bersih terendah adalah Rp 10,948,539,057, sedangkan rata-rata laba bersih pada
tahun tersebut adalah Rp 290,362,051,624. Pada tahun 2010, laba bersih
tertinggi adalah sebesar Rp 2,952,858,000,000 dan laba bersih terendah adalah
Rp 4,833,531,934, sedangkan rata-rata nilai laba bersih adalah sebesar Rp
403,195,286,072.
4.1.5 Hasil Penelitian
atas Variabel Harga Saham
Saham dapat
didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Harga Saham mencerminkan nilai suatu
saham. Harga Saham yang terjadi di pasar modal berfluktuasi, hal ini disebabkan
oleh perubahan penilaian masyarakat terhadap nilai saham perusahaan yang
bersangkutan. Tetapi banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan Harga Saham di
pasar modal diantaranya kondisi perekonomian suatu negara, situasi politik,
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan kondisi perekonomian atau performance
perusahaan yang menerbitkan surat berharga itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut mempengaruhi naik-turunnya Harga Saham.
Tabel 4.1.5
Harga Saham
No.
|
Kode
|
Nama Perusahaan
|
Harga saham
|
|||
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|||
1
|
ADES
|
PT Akasha Wira International Tbk
|
730
|
225
|
640
|
1,620
|
2
|
AISA
|
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
|
709
|
425
|
360
|
780
|
3
|
CEKA
|
PT Cahaya Kalbar Tbk
|
800
|
700
|
1,490
|
1,100
|
4
|
DLTA
|
PT Delta Djakarta Tbk
|
16,000
|
20,000
|
62,000
|
120,000
|
5
|
FAST
|
PT Fast Food Indonesia Tbk
|
2,450
|
3,000
|
4,550
|
7,600
|
6
|
INDF
|
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
|
2,575
|
930
|
3,550
|
4,875
|
7
|
MLBI
|
PT Multi Bintang Indonesia Tbk
|
55,000
|
49,500
|
177,000
|
274,950
|
8
|
MYOR
|
PT Mayora Indah Tbk
|
1,750
|
1,140
|
4,500
|
10,750
|
9
|
PSDN
|
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk
|
51
|
100
|
110
|
80
|
10
|
PTSP
|
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk
|
400
|
360
|
280
|
235
|
11
|
SKLT
|
PT Sekar Laut Tbk
|
61
|
90
|
150
|
140
|
12
|
SMAR
|
PT SMART Tbk
|
6,000
|
1,700
|
2,550
|
5,000
|
13
|
STTP
|
PT Siantar Top Tbk
|
370
|
150
|
250
|
385
|
14
|
TBLA
|
PT Tunas Baru Lampung Tbk
|
630
|
193
|
340
|
410
|
15
|
ULTJ
|
PT Ultra Jaya Milk Tbk
|
650
|
800
|
580
|
1,210
|
Rata-rata:
|
5,878
|
5,288
|
17,223
|
28,609
|
Sumber
: Laporan Keuangan yang sudah diolah
Dari
tabel 4.1.5, dapat diketahui bagaimana perubahan harga saham dari tahun ke
tahun oleh masing-masing perusahaan manufaktur selama periode pengamatan yaitu
2007-2010. Pada tahun 2007, harga saham tertinggi mencapai Rp 55,000 dan harga
terendah adalah Rp 51, sedangkan rata-rata harga saham pada tahun tersebut
adalah Rp 5,878. Pada tahun 2008, harga saham tertinggi adalah Rp 49,500 dan
harga saham terendah adalah Rp 90, sedangkan harga rata-rata saham adalah Rp
5,288. Pada tahun 2009, harga saham tertinggi adalah Rp 177,000 dan harga saham
terendah adalah Rp 110, serta rata-rata harga saham pada tahun tersebut adalah
Rp 17,223. Pada tahun 2010, harga saham tertinggi mencapai angka Rp 274,950dan
harga terendah adalah Rp 80, sedangkan rata-rata harga saham pada tahun
tersebut adalah Rp 28,609.
4.2 Analisis
Data
4.2.1 Uji
Asumsi Klasik
Pengujian
asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pengujian
asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang
dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala
multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan parameter yang memang dapat dipertanggungjawabkan atau
akurat.
Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat
menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan
sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga
tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya
autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten
hanya saja menjadi tidak efisien. Mengingat Laba Akuntansi, Arus Kas, dan Harga
Saham memiliki nilai nominal dengan satuan rupiah maka dalam perhitungannya
dikonversikan dulu ke dalam bentuk logaritma natural (Ln) sebelum nilainya
digunakan dalam permodelan regresi.
4.2.1.1 Uji Normalitas
Uji
normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji
normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki
oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Maksud
data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk
distribusi normal (Santosa&Ashari, 2005:231). Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak.Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Dan Jika data menyebar
jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Untuk
mengetahui data berdistribusi secara normal dilakukan uji normality P-P Plot,
jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka data dapat dikatakan normal.
Hipotesis
:
Ho =
Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha = Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
Berikut gambar normalitas pada model.
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Dari tabel di atas, hasil pengolahan data
diperoleh bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal, dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat
disimpulkan bahwa data berasal dari populasi berdistribusi normal.
Selain
menggunakan grafik P-Plot, pengujian normalitas data menggunakan nilai Asymp. Sig (2-tailed), menurut Sudarmanto (2005:108), apabila menggunakan
ukuran ini maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang kita tetapkan
sebelumnya apakah 10%, 5% atau 1%. Kriteria yang digunakan yaitu Ho diterima
apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) > dari tingkat alpha yang
ditetapkan (5%), karenanya dapat dinyatakan bahwa data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Hipotesis
:
Ho =
Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha =
Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Tabel 4.2
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
||||||
arus_kas
|
total_aktiva
|
laba_akuntansi
|
harga_saham
|
|||
N
|
52
|
52
|
52
|
52
|
||
Normal Parametersa,,b
|
Mean
|
25.1802
|
27.8818
|
25.1381
|
7.3978
|
|
Std. Deviation
|
2.04833
|
1.54035
|
1.88059
|
2.00112
|
||
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
.160
|
.124
|
.070
|
.120
|
|
Positive
|
.141
|
.098
|
.037
|
.120
|
||
Negative
|
-.160
|
-.124
|
-.070
|
-.071
|
||
Kolmogorov-Smirnov Z
|
1.156
|
.891
|
.505
|
.865
|
||
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
.138
|
.405
|
.961
|
.442
|
||
a. Test distribution is Normal.
|
||||||
b. Calculated from data.
|
||||||
Dari
tabel di atas, hasil pengolahan data diperoleh bahwa data
dalam penelitian ini terdistribusi secara normal, dimana keempat variabel
memiliki nilai asymp sig yang lebih besar dari 0,05 yaitu arus kas sebesar
0.138 dimana 0.138>0.05, total aktiva sebesar 0.405 dimana 0.405>0.05,
laba akuntansi sebesar 0.961 dimana 0.961>0.05, dan harga saham sebesar
0.442 dimana 0.442>0.05. Sehingga hasil uji normalitas menerima Ho dan
menolak Ha, yaitu data berasal dari
populasi berdistribusi normal.
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji
multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang
tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear
berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya,
maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi
terganggu. Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen
dalam suatu model regresi. Selain itu deteksi terhadap multikolinearitas juga
bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan
mengenai pengaruh pada uji t-parsial masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
Menurut
singgih santoso (2000:206) suatu model
regresi yang bebas dari multikolinieritas apabila mempunyai Nilai VIF lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance
tidak kurang dari 0,1 . Menurut Imam ghozali (2001:57) untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas adalah jika nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti
tidak ada korelasi antara variabel yang tinggi diantara dua atau lebih variable
independen dalam model regresi berganda.
Untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas perlu dikemukakan hipotesis dalam bentuk
sebagai berikut:
Ho :
Tidak terjadi adanya multikolinearitas diantara data pengamatan.
Ha :
Terjadi adanya multikolinearitas diantara data pengamatan.
Dalam
penelitian ini multikolinearitas dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
|
|||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
|||||
1
|
(Constant)
|
5.667
|
3.558
|
1.593
|
.118
|
||||
arus_kas
|
.564
|
.183
|
.578
|
3.090
|
.003
|
.253
|
3.954
|
||
total_aktiva
|
1.405
|
.261
|
1.082
|
5.391
|
.000
|
.219
|
4.557
|
||
laba_akuntansi
|
1.062
|
.231
|
.998
|
4.597
|
.000
|
.187
|
5.338
|
||
a. Dependent Variable: harga_saham
|
|||||||||
Dari hasil di atas dapat diketahui
nilai variance inflation factor (VIF) masing – masing variabel yaitu arus kas
sebesar 3.954, total aktiva 4.557, dan laba akuntansi sebesar 5.338, ketiganya
lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance
ketiga variabel tidak kurang dari 0,1, maka menerima Ho dan menolak Ha.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terjadi
persoalan multikolinearitas.
4.2.1.3 Uji Autokorelasi
Uji
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara data dalam
variable pengamatan. Apabila terjadi korelasi akan dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data bersifat time series. Uji Durbin Watson adalah cara
untuk mendeteksi autokorelasi, dimana model regresi linear berganda terbebas
dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson
hitung terletak di daerah “Tidak Ada Autokorelasi Positif dan Negatif”
atau mendekati angka 2 (Rietveld dan Sunaryanto,1994). Pengujian autokorelasi
penelitian ini menggunakan uji Durbin-watson (DW test), kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut :
a.
apabila nilai DW terletak diantara batas bawah dan batas atas (dL<DW<dU)
atau DW terletak diantara 4-dU dan 4-dL (4-dU<DW<4-dL), hasilnya tidak
dapat disimpulkan karena berada pada daerah yang tidak meyakinkan
(inconclusive).
b. apabila nilai DW melampaui 4-dL (DW>4-dL)
berarti ada autokorelasi negatif.
c.
apabila nilai DW terletak antara antara batas atas dan 4-dU
(du<DW<4-dU), berarti tidak
terdapat autokorelasi.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam
model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
Hipotesis
:
Ho =
Tidak terjadi autokorelasi
Ha =
Terjadi autokorelasi
Masalah
autokorelasi diuji melalui tabel Durbin Watson dengan menggunakan tabel batas
bawah (dL) dan batas atas (dU) untuk mengetahui daerah autokorelasi dari nilai
durbin watson, dalam penelitian ini autokorelasi dapat dilihat dari tabel di
bawah ini :
Tabel 4.4
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
|
||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
|
1
|
.759a
|
.576
|
.549
|
1.34348
|
1.875
|
|
a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas,
total_aktiva
|
||||||
b. Dependent Variable: harga_saham
|
||||||
Dari data di atas didapat nilai DW
dari model regresi adalah 1.875, sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi
0.05 dan n= 52 serta k=3 diperoleh nilai dL sebesar 1.3929 dan dU sebesar
1.7223. Karena nilai DW (1.875) berada pada daerah di antara dU (1.7223) dan
4-dU (2.2777), atau dU<DW<4-dU (1.7223<1.875<2.2777), maka menerima
Ho dan menolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi
pada data dalam pengamatan.
4.2.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Model regresi yang baik yaitu
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Imam ghozali (2001:70) salah satu cara untuk
mendeteksi heterokesdastistas adalah dengan melihat scatter plot antara
standardized residual (*SRESID)
terhadap standardized predicted
value (*ZPRED). Jika ada pola tertentu
seperti titik-titik yang ada pola tertentu teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastistas. Jika
tidak ada pola yang jelas serta tidak ada titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastistas. Hipotesis
yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:
Ho
: Tidak ada hubungan yang sistematik
antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.
Ha : Ada hubungan yang sistematik antara variabel
yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.
Gambar 4.5
Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka Ho diterima dan menolak
Ha. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastistas pada model
regresi ini, sehingga model regresi layak dipergunakan.
4.2.2 Uji
Korelasi
Menurut Singgih Santoso (2010:141), Analisis koefisien
korelasi bertujuan untuk mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel
atau lebih, sedang analisis regresi memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut
Secara spesifik, tujuan analisis korelasi adalah ingin mengetahui apakah di
anara dua variabel terdapat hubungan, dan jika terdapat hubungan, bagaimana
arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Secara teoretis, dua
variabel dapat sama sekali tidak berhubungan (r=0), berhubungan secara sempurna
(r=1), atau antara kedua angka tersebut. Arah korelasi juga dapat positif
(berhubungan searah) atau negatif (berhubungan berlainan arah).
Nilai koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan
untuk mengukur kekuatan (keeratan) suatu hubungan antar variabel, (Nugroho,
2005:35-36). Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 hingga +1. Sifat nilai
koefisien korelasi adalah plus (+) atau minus (-). Hal ini menunjukkan ini arah
korelasi. Makna sifat korelasi:
1. Korelasi positif (+) berarti jika variabel x1 mengalami
kenaikan maka variabel x2 juga mengalami kenaikan atau jika variabel
x2 mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan
mengalami kenaikan.
2. Korelasi negatif (-) berarti jika variabel x1 mengalami
kenaikan maka variabel x2 juga mengalami penurunan atau jika
variabel x2 mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan
mengalami penurunan.
Menurut Nugroho (2005:36) sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan
korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
0,00 sampai dengan 0,20
berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.
0,21 sampai dengan 0,40
berarti korelasi memiliki keeratan lemah.
0,41 sampai dengan 0,70
berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
0,71 sampai dengan 0,90
berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
0,91 sampai dengan 0,99
berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.
1 berarti korelasi sempurna
Tabel 4.5
Uji Korelasi
Correlations
|
||||||
arus_kas
|
total_aktiva
|
laba_akuntansi
|
harga_saham
|
|||
arus_kas
|
Pearson Correlation
|
1
|
.820**
|
.848**
|
.538**
|
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.000
|
.000
|
|||
N
|
52
|
52
|
52
|
52
|
||
total_aktiva
|
Pearson Correlation
|
.820**
|
1
|
.870**
|
.260
|
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.000
|
.062
|
|||
N
|
52
|
52
|
52
|
52
|
||
laba_akuntansi
|
Pearson Correlation
|
.848**
|
.870**
|
1
|
.547**
|
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.000
|
.000
|
|||
N
|
52
|
52
|
52
|
52
|
||
harga_saham
|
Pearson Correlation
|
.538**
|
.260
|
.547**
|
1
|
|
Sig. (2-tailed)
|
.000
|
.062
|
.000
|
|||
N
|
52
|
52
|
52
|
52
|
||
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
||||||
Berdasarkan tabel di atas dapat
dilihat korelasi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
adalah sebagai berikut :
a. Hubungan antara
Arus Kas (X1) dengan harga saham (Y)
Hubungan antara
arus kas dengan harga saham adalah 0.538 atau 53,8% korelasi tergolong kuat
dengan arah hubungan positif. Artinya jika arus kas mengalami kenaikan maka
harga saham juga akan mengalami kenaikan, dan apabila arus kas mengalami
penurunan maka harga saham juga akan menurun. Pada kolom sig (2-tailed)
terdapat probabilitas 0,000 (0,000<0,05) artinya ada hubungan yang
signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.
b. Hubungan antara
total aktiva yang menggambarkan ukuran perusahaan (x2) dengan harga saham (Y)
Hubungan antara
total aktiva dengan harga saham adalah 0.260 atau 26% korelasi tergolong lemah
dengan arah hubungan positif. Artinya jika total aktiva mengalami kenaikan maka
harga saham juga akan mengalami kenaikan, dan apabila total aktiva mengalami
penurunan maka harga saham juga akan menurun. Pada kolom sig (2-tailed)
terdapat probabilitas 0.062 (0.062>0,05) artinya hubungan yang tidak
signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.
c. hubungan antara
Laba Akuntansi (X3) dengan Harga Saham (Y)
Hubungan antara
Laba akuntansi dengan harga saham adalah 0.547 atau 54,7%. Korelasi tergolong
kuat dengan arah hubungan positif. Artinya jika laba akuntansi mengalami
kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan, dan apabila laba
akuntansi mengalami penurunan maka harga saham juga akan menurun. Pada kolom
sig (2-tailed) terdapat probabilitas 0,000 (0,000<0,05) artinya ada hubungan
yang signifikan antara arus kas dengan Harga Saham.
4.2.3 Uji Regresi Linier Berganda
Uji regresi linier berganda
dimaksudkan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari
perubahan X terhadap perubahan Y apakah positif atau negatif, dan memperkirakan
atau meramalkan nilai Y bila variabel X yang berkorelasi dengan Y mengalami
kenaikan atau penurunan.
Tabel 4.6
Variables Entered/Removed
|
||||
Model
|
Variables Entered
|
Variables Removed
|
Method
|
|
1
|
laba_akuntansi, arus_kas, total_aktivaa
|
.
|
Enter
|
|
a. All requested variables entered.
|
||||
Hasil tabel di atas menunjukan
bahwa motode yang digunakan untuk mengolah regresi ini adalah motode enter. Dan tidak ada variabel
yang dikeluarkan (removed) atau
dengan kata lain ketiga variabel bebas yaitu arus kas, total aktiva, dan laba
akuntansi dimasukan ke dalam perhitungan regresi linear berganda dengan
menggunakan metode enter.
Tabel 4.7
Model Summaryb
|
||||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
|
1
|
.759a
|
.576
|
.549
|
1.34348
|
1.875
|
|
a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas,
total_aktiva
|
||||||
b. Dependent Variable: harga_saham
|
||||||
Berdasarkan tabel di
atas diperoleh angka R sebesar 0.759 terletak diantara interval 0,71 s/d 0,90.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang
sangat kuat antara arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi terhadap Harga Saham.
Menurut Santoso dalam Priyatno (2008:81), Adjusted R
square adalah R square
yang telah disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari
angka ini bisa memiliki harga negatif, bahwa untuk regresi dengan lebih dari
dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien
determinasi. Koefisien determinasi
(regresi) untuk mengetahui seberapa besar kontribusi X terhadap naik turunnya
Y. Dari Tabel di atas Adjusted R
Square sebesar 0.549 atau 54,9% hal ini berarti bahwa prosentase
kontribusi variabel arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi terhadap Harga Saham sebesar 54,9% sedangkan sisanya sebesar 45,1% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
4.2.3.1 Persamaan
Regresi Linier Berganda
Tabel 4.9
Garis Regresi
Coefficientsa
|
|||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
|||||
1
|
(Constant)
|
5.667
|
3.558
|
1.593
|
.118
|
||||
arus_kas
|
.564
|
.183
|
.578
|
3.090
|
.003
|
.253
|
3.954
|
||
total_aktiva
|
1.405
|
.261
|
1.082
|
5.391
|
.000
|
.219
|
4.557
|
||
laba_akuntansi
|
1.062
|
.231
|
.998
|
4.597
|
.000
|
.187
|
5.338
|
||
a. Dependent Variable: harga_saham
|
|||||||||
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui persamaan regresinya yaitu :
Ý = a
+ b1X1 +
b2X2 + b3X3 +
e
Ý = 5.667 + 0.564 X1 + 1.405 X2 + 1.062 X3
+ e
Keterangan :
Ý = Harga Saham
a = konstanta
X1 = arus kas
X2 = ukuran perusahaan
X3 = laba akuntansi
e = error
Persamaan regresi tersebut di atas dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
1.
Konstanta sebesar 5.667 berarti jika nilai arus
kas (X1), ukuran perusahaan (X2), dan laba akuntansi (X3) bernilai tetap atau
0, maka nilai harga saham adalah 5.667.
2. Koefisien regresi variabel arus kas (X1) sebesar 0.564 berarti jika variabel
independen lain nilainya tetap dan arus kas mengalami kenaikan 1 rupiah, maka Harga Saham (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 0.564 rupiah. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan
positif antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik Laba Akuntansi semakin naik Harga Saham, begitupun sebaliknya.
3. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan
(X2) sebesar 1.405. Koefisien
bernilai positif artinya terjadi hubungan yang searah atau berbanding lurus
antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik ukuran perusahaan maka akan menaikkan harga saham dan semakin turun ukuran
perusahaan maka akan menurunkan harga saham. Hal ini bisa diartikan jika
variabel independen lain nilainya tetap dan ukuran perusahaan mengalami kenaikan 1 rupiah, maka Harga Saham (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 0.564 rupiah.
4. Koefisien regresi variabel laba akuntansi (X3) sebesar 1.062
berarti jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Laba Akuntansi mengalami kenaikan 1 rupiah, maka Harga Saham (Y) akan
mengalami kenaikan sebesar 1.062 rupiah. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan
positif antara variabel independen dengan variabel dependen, semakin naik Laba Akuntansi semakin naik Harga Saham, begitupun sebaliknya.
4.2.4 Analisis
Hasil Pengujian Hipotesis
4.2.4.1 Pengujian
Secara Parsial (Uji t)
Uji t
atau uji parsial dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen (arus kas, ukuran
perusahaan, dan laba akuntansi)
secara parsial atau sendiri-sendiri dalam menerangkan variabel dependen (Harga
Saham).
Cara pengambilan keputusan adalah :
Jika
signifikan penelitian > 0,05 , Ho
diterima, Ha ditolak
Jika signifikan penelitian <
0,05 , Ha diterima, Ho ditolak
Atau
dengan cara melihat tabel t :
Jika - t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima
Jika - t hitung < - t tabel
atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Tabel 4.9
Uji t (Parsial)
Coefficientsa
|
|||||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
Collinearity Statistics
|
||||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
Tolerance
|
VIF
|
|||||
1
|
(Constant)
|
5.667
|
3.558
|
1.593
|
.118
|
||||
arus_kas
|
.564
|
.183
|
.578
|
3.090
|
.003
|
.253
|
3.954
|
||
total_aktiva
|
1.405
|
.261
|
1.082
|
5.391
|
.000
|
.219
|
4.557
|
||
laba_akuntansi
|
1.062
|
.231
|
.998
|
4.597
|
.000
|
.187
|
5.338
|
||
a. Dependent Variable: harga_saham
|
|||||||||
1. Pengujiaan
Koefisien Regresi Variabel Arus Kas.
Hipotesis
:
Ho1
: arus kas tidak perpengaruh terhadap Harga Saham.
Ha1
: arus kas berpengaruh terhadap Harga
Saham.
Pada tabel 4.2.4.1 memperlihatkan hasil pengujian secara
parsial antara variabel arus kas terhadap harga saham. Dari tabel tersebut
diketahui nilai sig.t sebesar 0.003 < 0.05, selain itu dapat dilihat nilai
t-hitung (3.090) > t-tabel (1.6747), dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara arus
kas dengan harga saham.
2. Pengujiaan
Koefisien Regresi Variabel Ukuran Perusahaan.
Hipotesis
:
Ho2
: ukuran perusahaan tidak perpengaruh terhadap Harga Saham.
Ha2
: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Harga Saham.
Pada tabel 4.2.4.1 memperlihatkan hasil pengujian secara
parsial antara variabel ukuran perusahaan terhadap harga saham. Dari tabel
tersebut diketahui nilai sig.t sebesar 0.000 < 0.05, selain itu dapat
dilihat nilai t-hitung (5.391) > t-tabel (1.6747), dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara ukuran perusahaan dengan harga saham.
3. Pengujiaan Koefisien Regresi Variabel
Laba Akuntansi.
Hipotesis
:
Ho3
: laba akuntansi tidak perpengaruh terhadap Harga Saham.
Ha3
: laba akuntansi berpengaruh terhadap Harga Saham.
Pada tabel 4.2.4.1 memperlihatkan hasil pengujian secara
parsial antara variabel laba akuntansi terhadap harga saham. Dari tabel
tersebut diketahui nilai sig.t sebesar 0.000 < 0.05, selain itu dapat
dilihat nilai t-hitung (4.597) > t-tabel (1.6747), dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara laba akuntansi dengan harga saham.
4.2.4.2 Pengujian
Secara Simultan (Uji F)
Uji simultan (Uji F) ini dilakukan untuk menggambarkan seberapa jauh
pengaruh variabel bebas/independen (arus kas, ukuran
perusahaan, dan laba akuntasi)
secara bersama-sama dalam menerangkan variabel terikat / dependen (Harga
Saham).
Kriteria uji hipotesis
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jika
signifikan penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika signifikan penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan
Ha ditolak
Atau dengan cara melihat F hitung dengan F Tabel:
Jika F
hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
dan Ha ditolak
Tabel 4.10
Uji F (Uji Simultan)
ANOVAb
|
|||||||
Model
|
Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
||
1
|
Regression
|
117.591
|
3
|
39.197
|
21.717
|
.000a
|
|
Residual
|
86.637
|
48
|
1.805
|
||||
Total
|
204.228
|
51
|
|||||
a. Predictors: (Constant), laba_akuntansi, arus_kas,
total_aktiva
|
|||||||
b. Dependent Variable: harga_saham
|
|||||||
Hipotesis :
Ho4: arus
kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan atau bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap Dividen Kas.
Ha4: arus
kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap Dividen
Kas.
Dari
uji ANOVA atau uji F test tersebut, Fhitung
sebesar 21.717
sedangkan Ftabel
dengan tingkat signifikansi 5% diperoleh
Ftabel sebesar 2,55
Dalam hal ini maka Fhitung (21.717) > Ftabel (2,55),
selain itu dari tabel ANOVA, dapat dilihat besar probabilitas yaitu 0,000. Karena signifikan penelitian kurang dari 0,05 (0,000 <
0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh secara signifikan
antara arus
kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara simultan (bersama-sama) terhadap harga
saham.
4.2.5 Interpretasi
Hasil Penelitian
4.2.5.1 Tingkat
Pengaruh Variabel Arus Kas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Laba Akuntansi
(X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Parsial
a. Pengujian
Koefisien Regresi Arus Kas terhadap Harga Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total arus kas
berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah (2010) dimana pada
peneltian tersebut menunjukkan hasil arus kas yang berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. Karena pengaruh hubungan ini menunjukkan nilai
positif sehingga apabila arus kas mengalami kenaikan maka harga saham juga akan
mengalami kenaikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai arus kas
sangat layak diperhitungkan dalam memprediksi harga saham. Adanya pengaruh arus
kas terhadap harga saham menunjukkan apabila terjadi perubahan arus kas maka
harga saham juga akan mengalami perubahan. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para
investor dalam memprediksi harga saham sebeelum menanamkan dananya. Tingkat
kenaikan arus kas perusahaan menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola kas
dalam menjalankan kegiatan usahanya, apabila kegiatan usaha bisa terlaksana
dengan optimal maka akan mendorong naiknya
harga saham.
b. Pengujian
Koefisien Regresi Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh tershadap harga saham. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elenora Sofilda dan Edi Subaedi
(2006). Karena pengaruh
hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga apabila ukuran perusahaan
mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan.
Ukuran
perusahaan menggambarkan tingkat kedewasaan perusahaan dalam mempertahankan diri
dan terus meningkatkan kegiatan usaha di tengah persaingan. Dari hasil
penelitian ini, ukuran perusahaan mampu memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Hal ini berarti dalam memprediksi harga saham, para
investor hendaknya memperhitungkan ukuran perusahaan dimana akan menanamkan
dananya. Jika ukuran perusahaan berubah maka harga saham juga akan berubah. Hal
ini mengindikasikan bahwa kematangan dan jumlah aset di suatu perusahaan mampu
menentukan harga saham perusahaan tersebut.
c. Pengujian
Koefisien Regresi Laba Akuntansi terhadap Harga Saham
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba akuntansi
berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vicky Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah (2010) dimana pada
peneltian tersebut menunjukkan hasil laba akuntansi yang berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. Namun, hasil penetian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Keni (2008) dimana penelitian
tersebut menunjukkan hasil laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Karena pengaruh
hubungan ini menunjukkan nilai positif sehingga apabila laba akuntansi
mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa jika ada
perubahan laba akuntansi maka akan terjadi perubahan laba akuntansi. Laba
akuntansi sebagai tolok ukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba ternyata juga dipakai untuk memprediksi harga saham.
4.2.5.2 Tingkat
Pengaruh Variabel Arus Kas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), dan Laba Akuntansi
(X3) terhadap Harga Saham (Y) secara Simultan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa total arus kas,
ukuran perusahaan, dan laba akuntansi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vicky
Oktavia (2008) dan Muhammad Hamzah (2010). Karena pengaruh hubungan ini
menunjukkan nilai positif sehingga apabila arus kas, laba akuntansi, dan ukuran
perusahaan secara bersama-sama mengalami kenaikan maka harga saham juga akan
mengalami kenaikan.
Keberadaan tiga variabel ini tidak bisa dipungkiri oleh
investor dalam memprediksi harga saham. Adanya hubungan simultan (bersama-sama)
diantara variabel total arus kas, ukuran perusahaan, dan laba akuntansi
terhadap harga saham akan membuat kemungkinan adanya kenaikan harga saham saat
ketiga variabel ini naik secara bersama, sehingga apabila investor jeli melihat
ini akan mendapatkan hasil investasi yang diharapkan dan kemungkinan terhindar
dari risiko investasi.
4.2.5 Konsistensi Hasil Penelitian Dengan
Penelitian Sebelumnya
Tabel
4.11
Konsistensi
hasil penelitian
No
|
Nama Peneliti
(tahun penelitian)
|
Hasil Penelitian
|
Fransiskus Asisi Verry Kristannto
(07 3252 0564)
|
1
|
Vicky Oktavia
(2008)
|
secara parsial, total
arus kas dan laba akuntansi mempunyai
pengaruh yang signifikan. Secara
simultan (bersama-sama), total arus kas dan laba akuntansi mempunyai pengaruh
yang signifikan.
|
Konsisten,
karena secara parsial variabel arus kas dan laba akuntansi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham dan secara simultan ada pengaruh yang
signifikan antara variabel arus kas bersama-sama dengan variabel laba
akuntansi terhadap harga saham.
|
2
|
Muhammad
Hamzah
(2010)
|
secara parsial, arus kas dan laba akuntansi mempunyai pengaruh yang
signifikan. Secara simultan (bersama-sama), total arus kas dan laba akuntansi
mempunyai pengaruh yang signifikan.
|
Konsisten,
karena secara parsial variabel arus kas dan laba akuntansi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham dan secara simultan ada pengaruh yang
signifikan antara variabel arus kas bersama-sama dengan variabel laba
akuntansi terhadap harga saham.
|
3
|
Keni
(2008)
|
secara parsial, hanya variabel laba
akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan arus kas
tidak berpengaruh. Secara simultan (bersama-sama), total arus kas dan laba
akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan.
|
Tidak
konsisten, karena secara parsial variabel arus kas dan laba akuntansi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dan secara simultan
ada pengaruh yang signifikan antara variabel arus kas bersama-sama dengan
variabel laba akuntansi terhadap harga saham.
|
4
|
Elenora Sofilda dan Edi Subaedi
(2006)
|
Secara
parsial, ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham,
sedangkan karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan. secara simultan
(bersama-sama), ukuran perusahaan dan karakteristik perusahaan berpengaruh
signifikan.
|
Tidak
konsisten, karena secara parsial variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham dan secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara variabel
ukuran perusahaan bersama-sama dengan variabel arus kas dan variabel laba
akuntansi terhadap harga saham.
|
Sumber
data: diolah sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar