Jumat, 30 Agustus 2013

Contoh Kerangka Pemikiran INTERVENING VARIABEL

Contoh Bab.2 INTERVENING VARIABEL


PENGARUH KEMAMPUAN DI BIDANG AKUNTANSI TERHADAP KEAKURATAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN PENERAPAN ETIKA PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI INTERVENING VARIABEL


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keakuratan Laporan Keuangan

Sesuai dengan bab I tentang laporan keuangan sebagai  informasi akuntansi yang berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan dari suatu unit usaha, baik usaha jasa, dagang maupun manufaktur. Supaya laporan keuangan dapat dimanfaatkan oleh manajer atau pemilik usaha, maka laporan keuangan disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, maka keakuratan menjadi suatu hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh laporan keuangan.dalam hal ini akurat ditelaah sebagai ketepatan, kesesuaian dengan kenyataan. Akurat juga diartikan mengandung informasi yang sejelas-jelasnya sesuai dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.

2.1.1 Dimensi

Dimensi transparansi

Dimensi transparansi bisa dpahami sebagai suatu bentuk laporan yang menyajikan suatu hal dengan kesesuaian terhadap fakta transaksi yang terjadi. Dalam dimensi transparansi laporan keuangan yang akurat tidak hanya menampilkan transaksi-transaksi yang diinginkan manajemen untuk dipublikasikan, tapi murujuk pada semua transaksi yang telah terjadi dan memang menjadi keharusan untuk ditampilkan dalam laporan keuangan. Semua indikator yang dipakai  mengidikasikan bahwa dimensi transparansi yang memang seharusnya menduduki tempat pertama dalam mewujudkan keakuratan laporan keuangan. Semua indikator mengandaikan bahwa transparansi yang diwujudkan dalam laporan keuangan harus memadai demi kepentingan publik, bukan hanya kepentingan pemilnik perusahaan semata.

Dimensi Ekonomis

Penempatan aspek ekonomi sebagai dimensi laporan keuangan terkait dengan tujuan yang paling hakiki dari setiap bisnis. Penjelasan L. Sinuor Yosephus dalam buku Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer (2010:299) “Semua orang nampaknya sependapat jika dikatakan bahwa tidak ada orang yang ingin berbisnis untuk merugi” merujuk pada keberadaan sebuah perusahaan hanya dapat melaksanakan tanggung jawabnya --dalam hal ini pengungkapan laporan keuangan-- jika telah berhasil mewujudkan tanggung jawab yang paling hakiki itu yaitu maksimalisasi keuntungan.Berdasarkan logika tentang maksimalisasi keuntungan, dapat dikatakan, aspek ekonomi mengindikasikan pengungkapan laporan keuangan sebagai sarana untuk mengukur tingkat kekayaan dan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasionalnya dengan tetap melaksanakan tanggung jawabnya dalam hal keakuratan laporan keuangan.

2.1.2 Indikator


Dimensi Transparansi
No.
Indikator
1

2


3


4

5
Laporan keuangan disusun berdasarkan kepentingan publik

Perusahaan mempublikasikan semua transaksi yang terjadi pada periode akuntans dalam laporan keuangan

Manajemen telah mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan dengan pengungkapan kepemilikan aset dan hutang perusahaan

Laporan keuangan mencakup informasi tentang keberadaan laju aktiva dan passiva

Perusahaan mencantumkan pelaksanaan manajemen resiko dalam laporan keuangan.



Dimensi Ekonomi
No.
Indikator
1

2

3


4


5
Laporan keuangan dapat mengungkapkan pertumbuhan pendapatan setiap tahunnya.

Laporan keuangan bisa memberikan keterangan tentang semua hal materiil perusahaan

Kepuasan bagi para pemegang saham bukan menjadi prioritas utama dalam pengungkapan laporan keuangan

Laporan keuangan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan bagi manajemen untuk meningkatkan efektifitas operasional

Laporan keuangan dapat diandalkan untuk mengukur pertumbuhan dan perkembangan yang berkesinambungan

2.2 Kemampuan di bidang akuntansi

Sebagai syarat yang harus dimiliki seorang penyusun laporan keuangan, kemampuan di bidang akuntansi bersifat kompleks. Maksudnya, banyak faktor yang mempengaruhi seorang yang menyusun laporan keuangan dikatakan mampu. Bukan hanya berhenti pada kecakapan akademis yang didapat dari komunitas akuntansi yang menjadi background pendidikan seorang penyusun laporan keuangan, tapi juga jumlah jam terbang dan elemen-elemen lain seperti kompetensi dan independensi yang juga harus dimiliki oleh seorang penyusun laporan keuangan sebagai syarat mutlak untuk dikatakan mampu menjadi seorang penyusun laporan keuangan yang profesional. Albert Einstein (dalam McFarlane, 2004; 89) mengingatkan: Ilmu adalah usaha untuk membuat keberagaman yang mengacaukan pengalaman indra kita sesuai dengan suatu sistem pikiran yang seragam secara logis. Pengalaman indra adalah pokok persoalan yang sudah tersedia. Tetapi teori yang akan menafsirnya adalah buatan manusia. Teori bersifat hipotetis, tak pernah paripurna, selalu tunduk pada pertanyaan dan keraguan.

2.2.1 Dimensi

Dimensi Kompetensi

Kompetensi profesional adalah kemampuan dasar seseorang dalam melaksanakan tugasnya dengan kemampuan tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dan layak. (Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta,)  hal. 120. Kompetensi sebagai dimensi kemampuan di bidang akuntansi mengidikasikan seorang penyusun laporan keuangan dikatakan profesional apabila memenuhi kriteria kompetensi.

Dimensi Independensi

Independensi adalah sikap yang diharapkan untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi atas tugas sebagai seorang penyusun laporan keuangan yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Dengan adanya independensi maka seorang penyusun laporan keuangan akan mampu menggunakan kemampuannya di bidang akuntansi tanpa terganggu dengan pengaruh dari luar. Hal ini akan dapat menjadi suatu tolok ukur seberapa tinggi kemampuan akuntansi yang dimiliki oleh seorang penyusun laporan keuangan.

2.2.2 Indikator


Sub-dimensi
indikator
1
pengabdian pada profesi
dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang
2
kewajiban sosial
pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya
3
kemandirian
mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain
4
keyakinan
suatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional dengan tidak ada campur tangan dari pihak luar yang tidak mempunyai
kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut
5
hubungan dengan sesama profesi
menggunakan ikatan profesi sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.


2.3 Penerapan Etika Penyusun Laporan Keuangan

Ada dua hal yang muncul ketika orang mewacanakan keakuratan laporan keuangan. Kesan pertama bahwa keakuratan laporan keuangan merupakan suatu keharusan yang sulit bahkan mustahil untuk diusahakan mengingat kepentingan pribadi penyusun laporan keuangan yang bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan yang membayarnya. Kesan kedua, laporan keuangan yang didasarkan pada norma-norma moral menghalangi pebisnis untuk mencapai tujuannya, meraup keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Pada penelitian ini, istilah etika yang dipakai adalah etika dalam arti sebagai ilmu atau refleksi kritis sistematis atas perilaku moral manusia sebagai penyusun laporan keuangan. Penerapan etika disini adalah refleksi kritis sistematis yang diterapkan seseorang dalam menyusun laporan keuangan yang akurat sekalipun ia bekerja sebagai pribadi yang dibayar oleh perusahaan. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan objek sekaligus sasaran bidik dalam posisinya sebagai hasil kerja dari manusia yang beretika.

2.3.1 Dimensi

Dimensi Deontologis
Secara etimologis, deontologis berarti ilmu atau teori tentang kewajiban. Dalam konteks ini, etika deontologis hanya merujuk pada sistem yang mengikat bukan karena konsekuensi atau akibat-akibat yang ditimbulkan, melainkan semata-mata hanya karena norma atau sistem tersebut wajib dilakukan, misalnya, seorang karyawan menyalami manajernya di luar jam kerja (L Sinuor Yosephus, 2010:22).

Dimensi Teleologis

Teleologi merupakan disiplin ilmu atau studi tentang gejala-gejala yang menunjukkan arah, tujuan, atau maksud serta bagaimana sesuatu diperoleh dalam dan melalui suatu proses. Dalam konteks ini, suatu tindakan diterima sebagai benar atau keliru dan baik-baik atau jelek tergantung pada buruknya akibat yang akan ditimbulkan oleh tindakan tersebut (L Sinuor Yosephus, 2010:22). Dari pemahaman tersebut dapat ditarik pengertian bahwa seorang penyusun laporan keuangan akan dikatakan beretika apabila laporan keuangan yang disusunnya memberikan akibat yang baik. Dengan keakuratan yang memadai maka laporan keuangan akan memberikan akibat yang baik. Baik disini tidak hanya akibat baik bagi manajeman atau pemegang saham tapi lebih ke arah publik.

2.3.2 Indikator


Dimensi Deontologis
No.
Indikator
1

2


3
Keharusan teknis (laporan keuangan jarus mengacu pada SAK)

Keharusan pragmatis (supaya tidak melanggar hukum, maka laporan keuangan yang disusun disesuiakan dengan SAK)

Wajib dilakukan karena pihak lain berhak untuk itu.



Dimensi Teleologis
No.
Indikator
1

2
Berguna bagi pelaku (egoisme etis)

Berguna bagi semua orang yang terkena dampaknya (universalisme etis)



Dimensi Keadilan
No.
Indikator
1

2

3
Tertuju kepada orang lain

Wajib ditegakkan

Menuntut persamaan



Dimensi Keutamaan
No.
Indikator
1

2

3


4


5
Kebijaksanaan

Kejujuran

Keadilan

Kepercayaan

Sportivitas

Keuletan (keberanian moral)


2.4 Operasionalisasi Variabel

Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Sumber
Keakuratan laporan keuangan
Transparansi
1.     Laporan keuangan disusun berdasarkan kepentingan publik

2.     Perusahaan mempublikasikan semua transaksi yang terjadi pada periode akuntans dalam laporan keuangan

3.     Manajemen telah mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan dengan pengungkapan kepemilikan aset dan hutang perusahaan

4.     Laporan keuangan mencakup informasi tentang keberadaan laju aktiva dan passiva

5.     Perusahaan mencantumkan pelaksanaan manajemen resiko dalam laporan keuangan.



Ekonomis
1.     Laporan keuangan disusun berdasarkan kepentingan publik

2.     Perusahaan mempublikasikan semua transaksi yang terjadi pada periode akuntans dalam laporan keuangan

3.     Manajemen telah mematuhi hal-hal yang berhubungan dengan dengan pengungkapan kepemilikan aset dan hutang perusahaan

4.     Laporan keuangan mencakup informasi tentang keberadaan laju aktiva dan passiva

5.     Perusahaan mencantumkan pelaksanaan manajemen resiko dalam laporan keuangan.


Kemampuan di bidang akuntansi
kompetensi
1.     pengabdian pada profesi (dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang )

2.     (kewajiban sosial)  pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya



Independensi
1.     kemandirian (mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain)
2.     keyakinan (suatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional dengan tidak ada campur tangan dari pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut)
3.     hubungan dengan sesama profesi (menggunakan ikatan profesi sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan)


Penerapan etika penyusun laporan keuangan
Deontologis
1.     Keharusan teknis (laporan keuangan jarus mengacu pada SAK)

2.     Keharusan pragmatis (supaya tidak melanggar hukum, maka laporan keuangan yang disusun disesuiakan dengan SAK)

3.     Wajib dilakukan karena pihak lain berhak untuk itu.

L Sinuor Yosephus ( Etika Bisnis,2010)

Teleologis
1.     Berguna bagi pelaku (egoisme etis)

2.     Berguna bagi semua orang yang terkena dampaknya (universalisme etis)

L Sinuor Yosephus ( Etika Bisnis,2010)

Keadilan
1.     Tertuju kepada orang lain

2.     Wajib ditegakkan

3.     Menuntut persamaan

L Sinuor Yosephus ( Etika Bisnis,2010)

Keutamaan
1.     Kebijaksanaan

2.     Kejujuran

3.     Keadilan

4.     Kepercayaan

5.     Sportivitas

6.     Keuletan (keberanian moral)

L Sinuor Yosephus ( Etika Bisnis,2010)