BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Metodologi
Penelitian
3.1.1 Tipe
Penelitian
Ada dua tipe penelitian yaitu taxonomical dan theoretical.
Tipe taxonomical berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh pengetahuan
(particular maupun general). Tipe theoretical berangkutan dengan penelitian
untuk memperoleh teori-teori dari suatu ilmu. Penelitian ini
dikategorikan ke dalam theoretical. Karena peneliti memperoleh teori
pekerjaannya dengan verifikasi, dan metode penelitian yang digunakan penulis
dalam penyusunan skripsi ini adalah metode kausal yaitu metode yang dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel yang berkaitan dengan masalah.
Sehingga peneliti dapat menemukan proposisi hipotesis penelitian studi empiris
yang ditujukan pada pengujian hipotesis.
Adapun data yang dibutuhkan adalah data laporan keuangan dan harga
saham emiten yang masuk dalam perhitungan indeks perusahaan Manufaktur selama
periode penelitian yaitu tahun 2007–2010, laporan keuangan yang telah diaudit.
Data – data tersebut diperoleh dari Indeks Capital Market Directory tahun
2007–2010 dan website Bursa Efek Indonesia. (www.idx.co.id)
3.1.2 Metode
Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistemastis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau
oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat
diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam
penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
(Sugiyono, 2006:1)
Menurut
Nasution (2001), penelitian ilmiah adalah
kegiatan penelitian dengan menggunakan metode dan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan, dimana penelitian yang menggunakan hipotesis dirumuskan setelah
dikumpulkan data objektif secara sistematis dan diuji secara empiris. Menurut
Nasution (1996) Dalam Margareta Wahyu Indartiti (2010), penelitian ilmiah
adalah kegiatan penelitian dengan menggunakan metode dan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan, dimana penelitian yang menggunakan hipotesis dirumuskan setelah
dikumpulkan data objektif data objektif secara sistematis dan diuji secara
empiris.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian
pendahuluan, yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku–buku
bacaan yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada tahap
ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data
yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data dan gambaran cara
pengolahan data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang digunakan
untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab persoalan
penelitian dan memperkaya literatur untuk menunjang data kuantitatif yang
diperoleh.
3.2 Model
Penelitian
Dalam metode analisis data sangat tergantung
pada model yang dipakai didalam menguji hipotesis atau indetifikasi masalah
yang dikemukakan pada bab sebelumnya data yang dianalisis apakah populasi atau sample.
Analisis data adalah proses mengolah
data dan penginterprestasian hasil pengolahan data, (Dwi Priyatno, 2008:10). Metode
yang digunakan untuk menganalisis data pada skripsi ini adalah metode statistik
inferensial (parametrik), karena penelitian ini menekankan pada hubungan dan
pengaruh antar variable dengan melakukan pengujian hipotesis dan menggunakan
parameter distribusi data normal, kemudian menyimpulkan hasil penelitian.
Data
penelitian yang sudah diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui pengaruh dari
variabel-variabel penelitian menggunakan program Statistical Package for the
Social Science (SPSS). Dalam
penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda, karena
variabel penelitian lebih dari satu variabel bebas yang diduga dapat
mempengaruhi variabel terikatnya. Penelitian ini menggunakan hasil perhitungan
SPSS V.17 yang bertujuan untuk mengetahui arah hubungan dan besarnya hubungan
berbagai variable sesuai dengan yang telah dihipotesiskan dalam model
pengujian.
3.3 Objek
Penelitian
Objek penelitian adalah nama-nama variabel penelitian yang mengacu
pada identifikasi masalah, hipotesis, dan definisi-definisi.
Objek penelitian pada karya tulis ini adalah mengetahui pengaruh arus kas
operasi, ukuran perusahaan, dan laba kotor terhadap harga saham. Penelitian ini
dikaji dengan menggunakan dua tipe variabel yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen adalah variabel yang dianggap
berpengaruh terhadap variabel lain. Sedangkan yang dimaksud dengan variabel
dependen adalah variabel yang tergantung atau dapat dipengaruhi oleh variabel
lain. Pada variabel independen terdapat tiga variabel yaitu arus kas operasi,
ukuran perusahaan, dan laba kotor. Sedangkan variabel dependennya adalah harga
saham.
3.3.1 Populasi
Penelitian
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006:72). Populasi
adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan dikenai
generalisasi hasil penelitian, sedangkan sampel atau sampling adalah bagian
dari populasi yang akan diteliti.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang bergerak di
bidang makanan dan minuman yang
masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai penelitian ini berlangsung.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakterisktik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,
2006:73). Sampel merupakan wakil populasi yang diteliti, metode pemilihan
sampel pada penelitian ini adalah purposive
sampling dimana peneliti memilih
sampel berdasarkan karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud
penelitian (Kuncoro, 2003:119). Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai
berikut :
1. Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan
masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode pengamatan (2007-2010).
3. Perusahaan manufaktur yang termasuk bergerak di bidang
konsumsi (makanan dan minuman).
4. Periode laporan
keuangan lengkap yang berakhir 31 Desember dan dipublikasikan berturut-turut
selama tahun pengamatan.
Dari kriteria tersebut penulis mengambil
sampel sebanyak 15 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode atau teknik penarikan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode Purposive Random Sampling, dimana
sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan kriteria tertentu.
3.3.3 Operasional
Variabel Penelitian
Menurut
Soegiyono (2006), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Menurut Kuncoro (2003:9), Variabel adalah suatu konsep yang
dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai. Menurut (Singarimbun, 2001),
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian yang
ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional merupakan penentuan
konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Dapat juga menjelaskan
cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan
konstruk sehinggga memungkinkan peneliti lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan pengukuran konstruk yang
lebih baik.
Dalam melakukan
analisis dibutuhkan beberapa variabel penelitian. Variabel merupakan segala
sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian
yang merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, sesuai dengan identifikasi
yang akan dikaji dan model yang disusun dalam tinjauan literatur maka operasionalisasi
variabel digunakan yaitu :
1. Variabel
Independen
Variabel ini sering
disebut dengan variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah arus kas, diproxy dari laporan arus kas yang terdapat
didalam laporan keuangan perusahaan. Laba akuntansi (net profit) diproxy
dari total laba bersih dalam laporan laba rugi, dan size perusahaan
diproxy dari total aktiva perusahaan.
a. Arus
Kas
merupakan jumlah arus kas bersih yang
terdiri atas arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan ditambah
dengan selisih kas dan setara kas awal tahun (PSAK No.2, 2004) per 31 Desember
satuan Rupiah. Menurut Wibowo
dan Abubakar Arif (2006:134) laporan arus kas merupakan suatu laporan yang
menyediakan informasi mengenai penerimaan kas dan pengeluaran kas oleh suatu
entitas selama periode tertentu. Arus kas diproxy dari total
arus kas yang dipublikasi melalui laporan keuangan tahunan perusahaan. Pada
penelitian ini total arus kas menggunakan skala nominal.
b. Ukuran
Perusahaan
Menurut Ferry dan Jines (dalam Sujianto, 2002), ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva.
Jadi rata-rata perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki
oleh perusahaan. Ukuran perusahaan pada penelitian ini
diproxy dari total aktiva perusahaan yang dipublikasi di dalam laporan keuangan.
Pada penelitian ini, pengukuran variabel menggunakan skala nominal.
c. Laba
Akuntansi
Laba
Akuntansi menurut PSAK tahun 2004 adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal. Laba akuntansi diukur berdasarkan laba bersih
setelah pajak (Net Income After Tax) atau NIAT yaitu pendapatan bersih
setelah pajak dengan memperhitungkan hak minoritas (minority interest) (Robert
Ang, 1997). Pada penelitian ini variabel laba akuntansi diproxy dari total laba
bersih perusahaan yang dipublikasi dalam laporan keuangan perusahaan per 31
Desember. Pengukuran variabel menggunakan skala nominal.
2. Variabel
Dependen
Variabel dependen (dependent
variable) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah harga saham, yang
berasal dari harga pasar yang diperoleh dari harga saham saat penutupan (closing
price) setiap tahun. Pada penelitian ini, pengukuran variabel menggunakan
skala nominal.
Tabel
3.3
Operasional
Variabel
Variabel
|
Pengukuran
|
Skala
|
Sumber Data
|
|
Independent variable (X)
|
||||
Total Arus Kas
(X1)
Wibowo dan Abubakar Arif (2006:134)
|
Total Kas Setara Kas Akhir tahun
|
rasio
|
Laporan keuangan perusahaan manufaktur
|
|
Ukuran
Perusahaan (X2)
Ferry dan Jines (dalam Sujianto, 2002)
|
Total Aktiva
|
rasio
|
Laporan keuangan perusahaan manufaktur
|
|
Laba
Akuntansi (X3)
Robert
Ang (1997)
|
Laba Usaha
|
rasio
|
Laporan keuangan perusahaan manufaktur
|
|
Dependent variable
(Y)
|
||||
Harga Saham (Y)
Sumantoro
(1990:10) (dalam Aryani, 2010)
|
Harga Saham Penutupan
|
rasio
|
Laporan keuangan perusahaan manufaktur
|
|
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian, tiap-tiap
variabel harus dijelaskan bagaimana cara mengumpulkan data, apakah data primer
(kuisioner) atau data sekunder. Pemilihan dan penyusunan prosedur pengumpulan
data yang cermat dan tepat akan menghasilkan data yang reable sehingga menjamin
kepastian hasil penelitian.
Data adalah sesuatu yang digunakan atau
dibutuhkan dalam penelitian dengan menggunakan parameter tertentu yang telah
ditentukan (Dwi Priyatno, 2008:7). Pada penelitian ini penulis
menggunakan data sekunder yaitu data berupa laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, Laporan laba/rugi dan laporan arus kas dari perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2010.
Data sekunder cenderung siap
“pakai”, artinya siap diolah dan dianalisis untuk penelitian. Data sekunder
dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, misalnya
di perpustakaan, perusahaan-perusahaan, biro pusat statistic, kantor
pemerintah, dll.
3.5 Pengjian Data Penelitian
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Model
regresi dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi
asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik statistik. Jika model
regresi telah memenuhi pengujian dasarnya untuk persyaratan uji asumsi klasik
berarti persamaan yang dihasilkan tersebut dapat dijadikan alat estimasi yang
tidak bias dan diandalkan untuk peramalan. Asumsi
klasik utama terdiri atas uji normalitas, uji autokorelasi, uji
multikolinearlitas, dan uji
heteroskedastitsitas. R Gunawan Sudarmanto (2004:102) dalam Aryani (2010)
menyatakan bahwa beberapa hal yang mendasari tentang perlunya melakukan uji
asumsi klasik atau uji persyaratan tersebut yaitu agar besaran atau koefisien
statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang
dapat dipertanggungjawabkan atau akurat.
3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang
harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara
normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal (Santosa&Ashari, 2005:231). Uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak.Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Dan Jika data menyebar
jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain itu uji normalitas dalam
penelitian ini juga menggunakan nilai Asymp.
Sig (2-tailed), menurut
Sudarmanto (2005:108), apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan
dengan tingkat alpha yang kita tetapkan sebelumnya apakah 10%, 5% atau 1%.
Kriteria yang digunakan yaitu Ho diterima apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed)
> dari tingkat alpha yang ditetapkan (5%), karenanya dapat dinyatakan bahwa
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Dampak dari tidak terpenuhinya
asumsi normalitas adalah biasnya nilai t dan f. Jika analisis menggunakan
metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi
normal atau mendekati normal.
Untuk
menguji normalitas distribusi populasi diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho :
Data berasal dari populasi berdistribusi normal.
Ha :
Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
3.5.1.2 Multikolinearitas
Uji
multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang
tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear
berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya,
maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.
Uji multikolinearitas diperlukan untuk
mengetahui korelasi antar variabel independen dalam suatu model regresi.
Selain itu deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari
kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji
t-parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Menurut
singgih santoso (2000:206) suatu model
regresi yang bebas dari multikolinieritas apabila mempunyai Nilai VIF lebih
kecil dari 10 dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1. Menurut Imam ghozali
(2001:57) untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah jika nilai tolerance
kurang dari 10% yang berarti tidak ada korelasi antara variabel yang tinggi
diantara dua atau lebih variable independen dalam model regresi berganda.
Untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas perlu dikemukakan hipotesis dalam
bentuk sebagai berikut:
Ho :
Tidak terjadi adanya multikolinearitas diantara data pengamatan.
Ha :
Terjadi adanya multikolinearitas diantara data pengamatan.
3.5.1.3 Autokorelasi
Uji
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara data dalam
variable pengamatan. Apabila terjadi korelasi akan dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data bersifat time series. Uji Durbin Watson adalah cara
untuk mendeteksi autokorelasi, dimana model regresi linear berganda terbebas dari
autokorelasi jika nilai Durbin Watson
hitung terletak di daerah “Tidak Ada Autokorelasi Positif dan Negatif”
atau mendekati angka 2 (Rietveld dan Sunaryanto,1994). Pengujian autokorelasi
penelitian ini menggunakan uji Durbin-watson (DW test), kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut :
a.
apabila nilai DW terletak diantara batas bawah dan batas atas (dL<d<dU)
atau DW terletak diantara 4-dU dan 4-dL (4-dU<DW<4-dL), hasilnya tidak
dapat disimpulkan karena berada pada daerah yang tidak meyakinkan
(inconclusive).
b. apabila nilai DW melampaui 4-dL (DW>4-dL
berarti ada autokorelasi negatif.
c.
apabila nilai DW terletak antara antara batas atas dan 4-dU
(du<DW<4-dU), berarti tidak
terdapat autokorelasi.
Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi perlu dikemukakan hipotesis dalam bentuk
sebagai berikut:
Ho :
Tidak terjadi adanya autokorelasi diantara data pengamatan.
Ha :
Terjadi adanya autokorelasi diantara data pengamatan.
3.5.1.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Model regresi yang baik yaitu
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Imam ghozali (2001:70) salah satu cara untuk
mendeteksi heterokesdastistas adalah dengan melihat scatter plot antara
standardized residual (*SRESID)
terhadap standardized predicted
value (*ZPRED). Jika ada pola tertentu
seperti titik-titik yang ada pola tertentu teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastistas. Jika
tidak ada pola yang jelas serta tidak ada titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastistas. Hipotesis
yang akan diuji dinyatakan sebagai berikut:
Ho
: Tidak ada hubungan yang sistematik
antara variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.
Ha
: Ada hubungan yang sistematik antara
variabel yang menjelaskan dan nilai mutlak dari residualnya.
3.5.2 Analisis
Regresi Linier Berganda
Untuk
menganalisa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilakukan dengan model analisis regresi
linear berganda. Analisis regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel independen (arus kas operasi, ukuran perusahaan, dan laba
akuntansi) terhadap variabel dependen (harga saham), apakah pengaruhnya
signifikan atau tidak dengan melakukan pengujian hipotesis yaitu uji F dan uji
t.
Syarat
sebuah analisis regresi linear dapat digunakan adalah dengan terpenehunya uji
asumsi klasik.
Maka model regresi yang akan digunakan adalah :
Ý = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Dimana:
HS = harga saham,
X1
= total arus kas,
X2
= ukuran perusahaan,
X3
= laba akuntansi,
a = koefisien konsatanta
b = koefisien variabel bebas
e = variabel gangguan atau variabel
lain yang mempengaruhi harga saham yang tidak dijelaskan dalam penellitian ini.
3.5.3 Pengujian
hipotesis
Tujuan Uji
hipotesis adalah untuk menguji apakah data dari sampel yang ada sudah cukup
kuat untuk menggambarkan populasinya (Singgih Santoso, 2010:79). Uji Hipotesis
berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang didapat
signifikan (berbeda nyata). Maksud dari signifikan ini adalah suatu nilai
koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol, berarti dapat
dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk itu maka koefisien regeresi harus
diuji. Ada tiga jenis uji hipotesis
terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan, yaitu
a. Melakukan
uji parsial dengan menghitung nilai-t (uji-t)
b. Melakukan
uji simultan atau bersama dengan menghitung nilai-F (uji-F)
c. Melakukan
uji determinasi (uji R²)
3.5.3.1 Uji-t (Uji Parsial)
Uji t ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh masing-masing variabel independent
secara individual (parsial) terhadap variabel dependent.
Menentukkan
tingkat signifikan (α) yaitu sebesar 5% dapat dilakukan dengan
berdasarkan nilai probabilitas, dengan cara pengambilan keputusan adalah :
•
Jika nilai probabilitas >
0.05 maka H0 diterima
•
Jika nilai probabilitas <
0.05 maka H0 ditolak
Atau dengan cara melihat tabel t :
•
Jika - t tabel < t hitung < t
tabel, maka H0 diterima
•
Jika - t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0
ditolak
Untuk menghitung t-tabel digunakan
ketentuan n-1 pada level significant (α) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0.05) atau
taraf keyakinan 95% atau 0.95, jadi apabila tingkat kesalahan suatu
variabel lebih dari 5% berarti variabel itu tidak signifikan.
3.5.3.2 Uji-F
( Uji Simultan atau bersama )
Uji simultan dengan F test ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independent terhadap variabel dependen. Uji-F diperuntukkan guna
melakukan uji hipotesis koefisien (slope)
regresi secara bersamaan.
Dengan
demikian, secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut:
Ho : tidak ada pengaruh variable
independent terhadap variable
dependent secara bersama-sama.
Ha :
ada pengaruh variable independent
terhadap variable dependent secara
bersama-sama.
Menentukan tingkat signifika (α) yaitu
sebesar 5% dapat dilakukan dengan
berdasarkan nilai probabilitas, dengan cara:
•
Jika nilai probabilitas >
0.05 maka H0 diterima
•
Jika nilai probabilitas <
0.05 maka H0 ditolak
Atau
dengan cara melihat F hitung dengan F Tabel:
•
Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
•
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak
3.5.3.3 Analisis Koefisien Korelasi
Menurut
Singgih Santoso (2010:141), Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk
mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis
regresi memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut Secara spesifik, tujuan
analisis korelasi adalah ingin mengetahui apakah di anara dua variabel terdapat
hubungan, dan jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa
besar hubungan tersebut. Secara teoretis, dua variabel dapat sama sekali tidak
berhubungan (r=0), berhubungan secara sempurna (r=1), atau antara kedua angka
tersebut. Arah korelasi juga dapat positif (berhubungan searah) atau negatif
(berhubungan berlainan arah).
Nilai
koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan
(keeratan) suatu hubungan antar variabel, (Nugroho, 2005:35-36). Koefisien
korelasi memiliki nilai antara -1 hingga +1. Sifat nilai koefisien korelasi
adalah plus (+) atau minus (-). Hal ini menunjukkan ini arah korelasi. Makna
sifat korelasi:
1. Korelasi positif (+) berarti jika variabel x1 mengalami
kenaikan maka variabel x2 juga mengalami kenaikan atau jika variabel
x2 mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan
mengalami kenaikan.
2. Korelasi negatif (-) berarti jika variabel x1 mengalami
kenaikan maka variabel x2 juga mengalami penurunan atau jika
variabel x2 mengalami kenaikan maka variabel x1 juga akan
mengalami penurunan.
Menurut Nugroho
(2005:36) sifat korelasi akan
menentukan arah dari korelasi. Keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
0,00 sampai dengan 0,20
berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.
0,21 sampai dengan 0,40
berarti korelasi memiliki keeratan lemah.
0,41 sampai dengan 0,70
berarti korelasi memiliki keeratan kuat.
0,71 sampai dengan 0,90
berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.
0,91 sampai dengan 0,99
berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali.
1 berarti
korelasi sempurna
3.5.3.4
Analisis Koefisien Determinasi (Uji R2)
Uji R2 atau uji determinasi
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi, atau dengan
kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang
terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisien determinasi (R2)
ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat
diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan
0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X
sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1,
maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian
baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 nya
yang mempunyai nilai antara nol dan satu.
Menurut Santoso dalam buku (Priyatno,
2008:81), Adjusted R square adalah R square
yang telah disesuaikan nilai ini selalu lebih kecil dari R square dari angka ini bisa memiliki harga negatif, bahwa untuk
regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
Sangat membantu, Terimakasih
BalasHapus